While reading my poem on Islam Wasatiya I made a mistake and used the word Wataniya or 'nationalist' instead of Wasatiya which stand for moderate, middle of the road between extremes. But in fact the word was often used to indicate the distance between Indonesian Islam and the Arab Salafi Islam.
Syair Islam Wasatiya
Untuk
PCINU, Nijmegen-Den Haag, 19-20 Juni 2019, read by Prof. Karel Steenbrink
Tritunggal Priyayi, Abangan dan Santri
sudah habis
Priyayi tetap ada, tapi namanya tidak
laris
Abangan
dianggap bodoh dan kurang persis
Santri sudah
naik pangkat: menjadi akademis!
Bagi NU
tidak ada musuh lagi yang namanya abangan
Sekarang
yang ditolak diberikan nama puritangan
Atau
diberikan cap radikalangan
Dari Arab mau hidup keterasingan
Kata yang laris sekarang wasatiya
Ya, jangan pakai salafiya
Jangan
meniru keledai Arab dengan sia-sia
Terhadap
yang lokal, ya, katalah iya-iya
Juga
Muhammadiyah tidak lagi tolak TBC
Takhayyul,
bid’ah, khurafat naik pangkat, sudah CC
Aliran ini, gerakan itu, ya, sudah
ye-ye
Asal ada cap
lokal dan asli, jadi OK
Geen opmerkingen:
Een reactie posten